1. Perjanjian Lama
Agaknya semula hukum-hukum Allah atau Tauratlah yang diterima oleh Israel sebagai Firman Allah. Taurat ini dilayani oleh para Imam (Yesaya 1:10 di mana Firman Tuhan disejajarkan dengan pengajaran Allah atau Taurat Allah; Yesaya 2:3). Oleh karena itu menolak Taurat berarti mendatangkan malapetaka (Yeremia 6:9; 8:8,9).
Pada zaman para nabi agaknya pelayanan Taurat Allah yang dilakukan oleh para Imam membeku, sehingga bangkitlah para nabi, yang memberitakan Firman Allah dengan penuh semangat dan dengan daya yang kuat serta menggetarkan.
Firman yang dilayani oleh para nabi secara lisan itu semua hanya bersifat sementara, artinya: hanya berlaku pada zaman oara nabi itu. Akan tetapi agaknya di zaman-zaman yang kemudian oleh para murid nabi Firman - Firman itu dibukukan untuk dijadikan pedoman bagi kehidupan umat Israel. Memang ada di antara para nabi yang menulis Firman yang telah diberitakan, umpamanya Yeremia 36, akan tetapi hal itu tidak berarti, bahwa seluruh kitab nabi itu disusunnya sendiri.
Di samping Firman yang dilayankan oleh para nabi, agaknya di sepanjang abad-abad itu telah timbul tulisan-tulisan yang yang memiliki arti keagamaan yang berdiri sendiri, akan tetapi kemudian juga dibukukan. Tulisan-tulisan ini berupa nyanyian guna memuji, mengucap syukur, berdoa, mengeluh, dan lain sebagainya dan berbentuk amsal yang di dalamnya mengandung hikmah.
Menurut tradisi Yahudi kitab Perjanjian Lama dibagi menjadi tiga bagian yaitu

aTaurat yang meliputi Kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan
bNabi-Nabi yang meliputi Kitab Yosua, Hakim-Hakim, 1 Samuel, II Samuel, Raja-Raja, 1 Yesaya, II Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan dua belas Nabi-Nabi Kecil
c. Ketubim Atau Surat-Surat yang meliputi Kitab Mazmur, Ayub, Amsal, Kidung Agung, Rut, Ratapan Pengkhotbah, Ester, Daniel, Ezra-Nehemia, 1 Tawarikh, II Tawarikh.
Pada awal atau pertengahan abad Masehi Kitab Perjanjian Lama telah dibulatkan dan diakui. Jelaslah bahwa pengumpulan Kitab-kitab Perjanjian Lama menjadi satu hingga menjadi pedoman bagi hidup dan kepercayaan Yahudi itu tidak terjadi sekaligus, melainkan memakan waktu yang lama. Selain daripada itu pengumpulan tadi juga disertai pergumulan, yang disebabkan karena orang harus memilih di antara sekian banyak Kitab yang ada. Itulah sebabnya maka disamping Kitab-kitab yang dijadikan pedoman atau norma hidup dan kepercayaan itu masih ada kumpulan kitab-kitab yang disebut apokrip (samar).
Bagaimanapun, akhirnya Umat Allah di dalam Perjanjian Lama memutuskan bahwa Firman Allah olehnya hanya didengar di dalam Kitab-kitab yang sekarang disebut Kitab Perjanjian Lama. Dan oleh karena ternyata bahwa Tuhan Yesus dan Para Rasul menerima Kitab-kitab itu sebagai Firman Allah, maka Umat Allah dalam Perjanjian Baru menerima Kitab Perjanjian Lama itu sebagai Firman Allah.

2. Perjanjian Baru
Gereja yang pertama telah menerima Kitab Perjanjian Lama sebagai Firman Allah. Selanjutnya Gereja pada abad-abad pertama itu juga memiki banyak tulisan kesaksian tentang Tuhan Yesus Kristus yang diterimanya dari para rasul dan para murid rasul serta dari para bapa kerasulan. Oleh karena itu gereja yang pertama itu harus mengadakan penyelidikan, pertimbangan, pemilihan dari sekian banyak tulisan yang ada tadi.
     Agaknya semula yang dipentingkan adalah tulisan-tulisan yang memuat cerita tentang Tuhan Yesus dan karya-karya-Nya yaitu yang kita kenal sebagai kitab-kitab Injil. Orang tidak dapat menentukan dengan tepat bilamana dan di mana keempat Injil yang kita miliki hingga sekarang itu ditetapkan dan dikumpulkan. Sebab pada pertengahan pertama dari abad kedua Papias umpamanya, belum mengenal Injil Lukas, sedangkan ada golongan yang meragukan Injil Yohanes. Yang terang ialah, bahwa keempat Injil itulah yang pertama-tama diterima sebagai pengumpulan yang tetap.
     Mengenai Surat-Surat Para Rasul dapat dikatakan demikian, bahwa munculnya kanon Marcion pada pertengahan abad kedua, memaksa Gereja untuk memasukan  surat-surat para rasul itu juga ke dalam daftar kitab-kitab yang telah dimilikinya yaitu Injil. Sekalipun  demikian masih jauh jalan yang harus dilalui gereja untuk sampai kepada penyusunan Kitab Perjanjian Baru seperti yang kita kenal sekarang ini. Baru setela ada rapat-rapat gerejani yang berulang kali akhirnya abad keempat diputuskan untuk menerima 27 Kitab yang kita miliki hingga sekarang sebagai Kitab Perjanjian Baru, yang menyaksikan Karya Penyelamatan Kristus secara benar, dan oleh karenanya menjadi pedoman atau norma bagi kehidupan gereja.
     Dari uraian di atas, jelaslah bahwa baik Kitab Perjanjian Lama maupun Kitab Perjanjian Baru bukanlah Kitab-kitab yang telah turun dari sorga, baik dalam bentuk lembaran maupun  dalam bentuk kitab, akan tetapi Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru adalah kitab yang tumbuh di dalam sejarah, dilahirkan karena kebutuhan umat Allah akan suatu pedoman yang tetap bagi kehidupan keagamaannya.
Seluruh isi Alkitab itulah yang oleh Umat Allah dipandang sebagai pengumpulan tulisan-tulisan yang secara tepat dan benar menyaksikan akan karya penyelamatan Allah di dalam Kristus. Oleh karena itu kitab-kitab inilah yang dipandang sebagai alat Roh Kudus untuk bersaksi tentang Kristus. Roh Kudus  bersaksi tentang karya Kristus dengan perantaraan kesaksian manusia. Oleh karena itu terhadap ini berlakulah apa yang dikatakan oleh Yohanes di 1 Yohanes 1:1-3 tersebut di atas.