Bahwa Tuhan Allah tidak dapat dilihat ada hubungannya dengan hakekat Allah yang dinyatakan atau diungkapkan di dalam kekudusan-Nya.
Kata Kudus berasal dari pokok bahasa Ibrani yabg berarti memisahkan. Jika Tuhan Allah disebut Kudus, hal itu berarti bahwa Ia dipisahkan daripada segala yang dosa. Oleh karena itu maka di 1 Samuel 2:2 disebutkan, tidak ada yang kudus seperti Tuhan, sebab tidak ada yang lain kecuali Tuhan. Walaupun demikian; kekudusan Tuhan Allah tidak pernah dilepas pisahkan dengan hubungan Tuhan Allah dengan Umat-Nya. Kekudusan Tuhan Allah menuntut kekudusan umat-Nya, artinya: umat Allah yang adalah Sekutu Allah, juga harus hidup terpisah dari segala yang dosa (dalam arti menghindari perbuatan dosa) dan mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Tuhan Allahnya. Tanpa hidup yang kudus tidak mungkin ada persekutuan dengan Allah yang kudus. Sebagai Yang Kudus Tuhan Allah berlainan sekali bila dibandingkan dengan manusia yang berdosa. Manusia dosa dalam kemarahannya tidak mengenal kasihan, sering hanya terseret oleh nafsu-nafsunya. Akan tetapi Tuhan Allah berbuat yang lebih baik dibanding dengan manusia. Di dalam kemurkaan-Nya Tuhan Allah tidak mungkin terseret oleh daya-daya yang penuh dosa. Juga di dalam murka-Nya Tuhan Allah ingat Akan Kasih-Nya.
Tuhan Allah yang menyatakan Kekudusan-Nya itu menjadi jaminan bagi perjanjian-Nya dengan umat-Nya.
Di sini tampaklah bahwa kekudusan Tuhan Allah berhubungan dengan kebenaran dan keadilan-Nya serta dengan kesetiaan-Nya. Di dalam korban Korban Kristus, Firman yang menjadi manusia itu, keadilan dan kebaikan, kekudusan dan belas kasihan Tuhan Allah menjadi satu. Pengungkapan tertinggi dari kekudusan Tuhan Allah ialah: bahwa Ia membenarkan orang durhaka (Roma 4:5;1:17; Mazmur 97:11,12).
0 Comments