Suatu hal yang tersulit dari sekian banyak yang paling tidak mudah adalah mengasihi seorang musuh. Siapa saja dapat dengan gampang melukiskan kata kasih dengan pelbagai ulasan menarik dan meyakinkan. Memang demikianlah menyebut lukisan itu; melahirkan banyak minat dari yang berbudi dan cenderung berenang di dalam verbalisasinya; serta tidak cukup berhasil dalam perwujudannya. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda satu sama lain terhadap kontekstualisasi yang dengan gampang dilukiskan itu. Kendati demikian; setiap upaya memiliki misi yang sama, yakni agar tiba pada ketiadaan eliminasi martabat hingga terbentuk suatu kerukunan dan damai yang darinya tanpa ada rasa beban dialami oleh tiap - tiap yang berbudi.
Peristiwa 12 Oktober 2002 (Bom Bali) silam: cukup menggetarkan dunia; hingga muncul wajah - wajah khwatir akan kekerasan dan teroris. Sebagian besar kekhwatiran itu lahir karena rasa peduli terhadap nilai - nilai kasih yang sudah hampir hilang sama sekali. Bukti ketiadaan nilai - nilai itu menyata dalam tabiat tercela pencipta peristiwa waktu itu yang didalangi oleh Abubakar Ba'asyir: yang kini sudah mendapat pengampunan. Memang cukup makan hati bila sejenak menoleh ke belakang "apalagi yang ke belakang itu dihubungkan dengan Ba'asyir"; kebencian seperti api yang berkobar - kobar : walaupun yang bersangkutan sudah dan sedang menerima konsekwensi atas tabiat tercela itu.
Ini seperti teka - teki, sebab menjelang Pilpres Jokowi membebaskan pencipta tabiat tercela itu dari konsekwensi yang harus ia terima: dengan alasan kemanusiaan. Pengampunan ini banyak menuai aneka kicauan dari mereka yang secara serius (ataupun tidak) membaktikan diri sebagai penyebar berita. Tidak ketinggalan juga tukang amat. Sebagian menghubungkan pembebasan itu dengan nuansa perpolitikan dan menimbulkan macam - macam gagasan yang mengarah pada upaya penyuksesan paket tertentu disatu pihak dan upaya menggagalkan yang lain pada lain pihak.
Dari sekian banyak kicauan; entah disadari atau tidak, diterima atau tidak; bahwa hal menarik dari peristiwa pembebasan itu adalah PENGAMPUNAN yang merupakan buah kasih; dan itu dimiliki oleh seorang Jokowi. Begitu mendalam maknanya: mengasihi seorang penjahat dan membebaskan seorang pembunuh menjadi pribadi yang merdeka. Setiap kepala dapat secara bebas dan berdasarkan argumentasinya masing - masing memberi interpretasi terhadap karya pembebasan ini.
Tetapi yang pasti bahwa karya pembebasan ini adalah bentuk PENGAMPUNAN yang tidak lain adalah buah kasih.
Tetapi yang pasti bahwa karya pembebasan ini adalah bentuk PENGAMPUNAN yang tidak lain adalah buah kasih.
0 Comments